Kamis, 31 Maret 2016

BENCANA


#TantanganMinggukeEmpat_ODOP


BENCANA

Membaca buku DR.FATHI ZAGHRUT yang berjudul BENCANA-BENCANA BESAR DALAM SEJARAH ISLAM bagaikan menemukan lorong-lorong waktu yang bisa membawa pembacannya  ke masa lampau, seolah berada di zaman dahulu dan menyaksikan tragedi demi tragedi di depan mata kita secara langsung, namun sayang  kita hanya bisa menyaksikan kejadian tersebut tanpa bisa turut langsung dalam kejadian tersebut, layaknya menonton di bioskop yang di lengkapi kacamat tiga dimensi. 


Membaca Mukaddima dan pengantar penulis saja suda
 membuat lidah ini berdecak kagum, betapa imperium Islam
yang pernah berjaya selama kurang lebih 1400-1500 tahun pernah berjaya
akhirmya runtuh oleh tangan-tangan licik.

 Betapa bencan demi bencan yang menimpa kaum muslim bisa di hadapi oleh para sahabat dan di bangun ribuan tahun lamanya kini runtuh.

Sayang rasanya jika tidak bisa mengkhatam buku ini, sangat sayang, namun dalam tulisan saya kali ini hanya akan mengulas kembali sesuatu yang amat penting menurut saya, sebuah pengantar yang tidak sah rasanya jika tidak saya bagi.

Buku ini recomended deh...

Nah, Ketiadaan benteng Islam merupakan bencana yang teramat pedih bagi kaum muslim hingga hari ini, Ketiadaan penjaga bagi kaum muslim yakni pemimpin Islam hingga hari ini tidak banyak orang yang menyadari, bahkan ini bukan lagi sebuah kisah di masa lalu namun  sejarahnya bahkan kita rasakan. Namun hanya sedikit yang merasakan hal ini. 

Iqra (Bacalah) bahkan perintah pertama tuhan pencipta semesta bagi hambanya adalah membaca, membaca setiap kejadian dan belajar dari sana, membaca setiap fenomena alam agar menambah kedekatan kepada Allah, membaca, dan membaca.

 Bahkan membaca buku-buku sejarah Islam  semestinya menjadi bacaan wajib bagi kaum muslim sebagaiaman Islam megajarakan  kepada pemeluknya agar memperhatikan dan mempelajari bencana yang pernah menimpa , agar diri mereka selamat dari dampak dan pengaruhnya tentunya pengaruhnya  bisa menghancurkan dan merugikan.

Bencana adalah ketentuan Allah yang harus di terima oleh seseorang yang mengaku dirinya muslim, dengan ridha dan ikhlas, manis maupun pahit, yang baik maupun yang buruk, karena  telah menjadi qadha dan qadar sebagai ketentuan dari Allah swt.

Generasi awal islam menerima bencana ini dengan ikhlas dan ridha karena mereka meyakini akan ketentuan Allah SWT.  Hal tersebut telah di ajarkan oleh Rasulullah saw sebagaimana manhaj Al-Qur’an . Rasulullah saw daan para sahabat menghadapi musibah dengan tabah dan sabar dan tentu bangkit setelah tertimpa musibah, melakukan hal positif untuk menghadapi dan mengusir musibah tersebut.

Islam tidak mengenal pesimisme, lari dari masalah, meremehkan suatu masalah dan santai terhadap suatu masalah tapi sebaliknya mereka bangkit dan melakukan upaya untuk menghadapi masalah agar keluar dari bencana tersebut. Itu semua sudah di ketahui kaum muslim bahkan sejak masa kenabian Rasulullah saw masih hidup.

Negara Islam pada masanya yang terkenal dengan kekuatannya pada masa awal pertumbuhannya pada masa itu pernah mengalami masalah dan Rosulullah saw dan para sahabat meghadapi dengan siap dan cerdas. Bahkan Rasulullah saw mengajarkan kepada sahabat cara menghadapi masalah dan memberikan solusi yang tepat.

Contohnya adalah pada saat Perang Uhud yang menyebabkan 70 kaum muslim gugur, Rasulullah saw mengalami cidera, tanggalnya gigi Rasulullah saw dan banyak sahabat yang luka. Mengakibatkan mental para kaum muslim mengalami pukulan hebat sejak kemenangannya di perang Badar dan peperangan yang lain. Hingga sebahagian dari mereka berkata histeris “ Bagaiaman peristiwa ini bisa menimpa kami, padahal kami oranng Islam?”

Ini semua melatarbelakngi turunnya petunjuk dari langit yang memberikan arahan kepada kaum muslim untuk mengembalikan keyakinan  kaum muslimin pada sunnatullah yang berlaku di muka bumi. Bahwa mereka bukannlah orang yang pertama kali mengalami penderitaan dan musibah seperti ini.

 Ada aturan hidup yang tidak pernah berhenti dan berganti, diantara aturan itu adalah putaran hari di antara umat manusia. Banyaknya cobaan adalah untuk menguak rahasia, meguji kesabaran dalam menghadapi kesulitan dan kesempitan dan kepatutan untuk menang bagi orang-orang yang bersabar dan berusaha melakukan usaha-usaha positif untuk menghadapi dan mengusir musibah tersebut sebagaimana yang di contohkan oleh Rasulullah saw yang sesuai dengan manhaj Al-Qur’an yang mulia.

Di dalam buku ini di sebutkan bahwa Allah tidak menyerukan kepada kaum muslim untuk menangis dan meratapi masalah, namun mendorong mereka untuk melakukan aksi dan menyingkirkan petaka yang menimpa  Janganlah kamu bersikap lemah dan jangan pula kemu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman (TQS. Ali Imran: 139)
Bencana dan masalah merupakan pendidikan dan pengajaran bagi umat Islam. Serta bagaiamana melakukan persiapan untuk perannya yang lebih besar. Ujian sangatlah penting dalam mendidik umat Islam agar dapat bangkit dengan tanggung jawab kekhalifahan.begitu mulia dan begitu istimewannya kaum muslim yang di berikan oleh Allah SWT dan kaum muslim di jadikan sebagai pemimpin di muka  bumi ini..

Namun disebutkan bahwa ummat islam tidak akan bisa mencapai posisi tertinggi tersebut kecuali telah melaksanakan ketaatan yang telah diberikan oleh pusat komandonya, serta berkomitmen terhadap syarat-syarat tersebut. Dan di sebutkan syarat pertama untuk melakukan ketaatan yakni amal makruf nahi mungkar agar kejahatan tidak merajalela.

Pada perang mu’tah ketika pasukan madinah mencemooh pasukan yang kembali dengan keadann kalah seraya berkata  

“Tentara yang melarikan diri” lalu Rasulullah menjawab cemooh tersebut seraya berkata.

 “mereka bukan tentara yang lari, tapi mereka tentara yang berusaha menghimpun kekuatan” demikiannlah Rasulullah saw memberikan pendidikan yang baik kepada para sahabat sehingga mereka menjadi orang-orang yang kuat dan selalu bersabar dan bangkir dari bencan yang menimpa.

“jika kamu (pada Perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum kafir itupun (pada Perang Badar) mendapatkan luka yang sama. Masa (Kejayaan dan Kehancuran ) itu, kami pergilirkan diantara manusia  (agar mereka mendapat pelajaran,) dan supaya Allah membedakan orang-orang beriman (dengan orang-orang yang kafir) dan supaya sebagiannya kami jadikan gugur sebagai syuhada, Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim, (Ali Imran: 140)

Sayid Rasyid Ridha dalam menafsirkan ayat ini menyatakan bahwa seandainya Allah tidak menolak keganasan orang batil di muka bumi dengan adanya orang baik maka tentu bumi akan di kuasai dengan orang  batil.

Menjadi karunia Allah atas alam semesta yaitu dengan mengizinkan orang baik dan benar untuk memerangi para perusak yang ada di bumi, yang terdiri dari orang-orang kafir dan orang-orang yang melampaui batas.”

Telah menjadi kekuasaan Allah, kekalahan dan kemenangan itu. Namun Allah meberikan kemenangan kepada siapa aja yang di kehendaki, walaupun jumlah mereka itu sedikit . hal ini yang mendorong kaum muslim untuk meneguhkan keimanan kita kepada sang pencipta alam semesta  serta keesan dan keagungannya.
 Jangan galau, jangan gundah, dengan sedikitnya kita yang memperjuangkan agama Allah hari ini, karen sesengguhnya itulah yang menjadi ketentuan Allah dan telah menjadi contoh oleh Rasulullh saw saat di timpa musibah, bersama para sahabat ketika mengalami kesulitan semua di pasrahkan kepada Allah dan tentu di barengi dengan usaha-usaha positif dan perlawanan melawan keterpurukan tersebut.
“Sesungguhnya Allah pasti menolong orang-orang yang menolong (Agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar maha kuat maha perkasa.” (Al-Hajj: 40)


Namun sayang dalam sejarah modern hari ini saat ummat muslim mengalami bencana serta petaka yang amat besar, jarang sekali di jumpai orang-orang atau kaum muslim yang memiliki semagat untuk melawan petaka tersebut, padahal Allah telah memuliakan dan meberikan gelar khlifah, pemimpin di muka bumi ini.
Ummat islam sekarang sadar atau tidak sadar telah menentang salafus-shalih jalan para sahabat dalam menghadapi musibah sebagaiamana saya sebutkan di awal bahwa para sahabat melewati cobaan petaka demi petaka, musibah demi musibah dengan pasrah kepada Allah SWT.

 Dengan sabar dan ikhlas serta melawan keterpurukan tersebut, kekalahannya pada perang mu’tah tidak membuatnya pasrah dengan keadaan, mereka melawan dengan mempersiapkan strategi, membangun parit memperkuat pertahanan dan berbagai macampersiapan, mereka menghimpun kekuatan demi tegaknya Islam sebagai Rahmatan Lil ‘Alamin.

Berbeda dengan orang-orang sekarang, tersesat dengan pertarungan hidup. Kita di hadang dari dalam dan luar yakni berada dalam penjajahan barat, satu persatu negeri islam terpecah dan jatuh.

Darah kaum muslim bertumpahan dimana-mana, negara tidak memiliki daya sama sekali dan menjadi air yang tidak memiliki rasa harga diri di injak-injak,anak-anak di bunuh,persaudaraan tersekat oleh Nasioanlis cinta tanah air, toiada terdengar suara lantang meneriakkan kebenaran, bahakan orang yang meneriakkan kebenaran di hujat bagaikan meneriakkan kejahatan. Kaum muslim di atur dengan aturan buatan manusia, tidak andil tuhanlagi dalam urusan bernegara.

Wallahu ‘Alam....

#ODOP
#MenulisSetiapHari

3 komentar:

  1. Sedih ya, melihat kondisi umat Islam sekarang.

    BalasHapus
  2. Iya Mba Nindy...

    Bahkan sayapun awalnya ragu untuk menulis ini, pikirnya tidak ada yang minat baca kalau bacaannya ginian, tpi yah sudahlah InsyaAllaah toh akhirnya mba baca jg, itu artinya mash ada yang peduli...hehe

    Makasih yah Mba dah mampir...

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

Mendidik Anak Usia Dini

Terkadang saya mendengar perkataan orang tua yang mengatakan otak anak saya belum siap menempuh pendidikan dan belajar. Padahal ...